Diskusi Diaspora Yang Dihadiri Oleh Din Syamsuddin Dibubarkan Oleh Sekelompok Orang


ZONA JABAR - Forum Tanah Air (FTA) mengungkapkan kekecewaannya terhadap tindakan premanisme yang terjadi selama acara diskusi kebangsaan yang diselenggarakan oleh Diaspora Indonesia di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, pada Sabtu (28/9). 

Ketua FTA, Tata Kesantra, menyatakan bahwa acara yang diinisiasi oleh warga Indonesia di seluruh dunia ini bertujuan untuk berbagi pemikiran menjelang transisi kepemimpinan nasional.

"Ini sangat memalukan sekali. Kondisi ini jauh lebih buruk dari Orde Baru, kita mundur 40 tahun ke belakang. Sepertinya mereka bermaksud untuk memberikan shock therapy, tapi mereka salah memilih tempat dan salah sasaran," ucap Tata dalam konperensi pers di Hotel Grand Kemang Jakarta Selatan, Sabtu (28/9).

Tata juga menyesalkan ketidakpedulian pihak keamanan dalam insiden itu, yang memungkinkan para perusuh masuk ke lokasi acara di dalam hotel.

"Semestinya kepolisian yang berada di sekitar tempat acara bisa mencegah aksi anarkis ini," ucapnya. 

Tata menyatakan bahwa insiden ini akan menjadi berita negatif bagi Indonesia di kalangan diaspora yang berada di Amerika, Eropa, Australia, Asia, dan Afrika.

"Ini memalukan, apa yang bisa kita tawarkan ke dunia. Ada orang-orang yang sudah lama tinggal diluar negeri, tapi kok dihadapkan dengan hal ini. Ini sangat memalukan sekali, karena acara ini disiarkan secara live," ungkapnya.

Tata, yang baru saja tiba dari New York minggu lalu, menjelaskan bahwa FTA ingin mengadakan acara untuk menegaskan langkah-langkah positif yang perlu diambil menjelang pergantian kepemimpinan.

"Kami ingin mengusulkan perbaikan-perbaikan ke pemerintahan," ujarnya.

"Selama 25 tahun tinggal di Amerika dan sejak pagi saya sudah tahu ada yang demo di depan hotel dan kita biarkan, karena kita juga punya hak berkumpul dan berserikat seperti halnya pendemo," katanya.

Diskusi yang dihadiri oleh akademisi dan tokoh nasional ini diserang dan dirusak sebelum acara dimulai. Sejak pukul 09.00 WIB, sekelompok orang tersebut telah berorasi di depan hotel dan meminta agar diskusi dibubarkan.

Sekitar pukul 10.00 WIB, mereka masuk ke ruang ballroom tempat diskusi akan diadakan. Dengan agresif, mereka mengancam agar acara dibubarkan sambil merobek backdrop dan banner, serta merusak layar proyektor, kursi, mikrofon, dan peralatan lainnya.

Meskipun demikian, para tokoh yang hadir tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh aksi perusuh. Mereka menyayangkan bahwa menjelang peralihan kekuasaan, terjadi peristiwa yang merusak proses demokrasi.

Tokoh nasional yang hadir dalam acara tersebut antara lain Prof. Din Syamsuddin, sejarawan Batara Hutagalung, mantan Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Soenarko, Brigjen (Purn) Hidayat Poernomo, Said Didu, mantan Menag dan Wakil Panglima TNI Jend. (Purn) Fachrurozi, Refli Harun, Syafril Sofyan, Abraham Samad, Prof. Chusnul Mar’iyah, Rizal Fadhilah (tokoh Jabar), advokat Aziz Januar, serta Merry.

"Ini kejahatan demokrasi dan anarkisme. Ini menganggu kehidupan kebangsaan kita. Polisi tidak berfungsi sebagai pelindung dan pengayom rakyat, mereka diam saja," ucap intelektual muslim, Din Syamsuddin.

"Saya protes keras terhadap polisi yang berdiam diri pada spanduk pendemo, mereka tulis Din Syamsuddin pemecah belah rakyat, padahal saya adalah tokoh pemersatu bangsa," tambahnya.

Mantan Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Soenarko meminta, pihak kepolisian untuk mengusut tuntas insiden tersebut.

"Demokrasi apa yang sedang terjadi di Indonesia ini? Terlihat pemerintah tidak hadir, contohnya pagi ini ada penyerangan secara barbar, dan apakah polisi bisa menangkap mereka? Saya tunggu polisi mengusut kelakuan brutal tadi, karena ada tiga orang satpam juga dipukuli (oleh perusuh)," tutupnya.***

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama